NEW YORK, PALESTINOW.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dikabarkan secara diam-diam menyetujui penjualan senjata berupa bom canggih ke Israel. Nilai penjualan itu diperkirakan USD735 juta atau sekitar Rp10,5 triliun.
Senjata canggih yang akan dijual adalah Join Direct Attack Munitions (JDAM) buatan Boeing. Hal itu diungkap oleh salah satu anggota Parlemen AS, yang mengatakan bahwa Kongres sudah diberitahu mengenai penjualan itu pada 5 Mei lalu.
BACA JUGA: Waduh, Pemerintahan Biden Setujui Penjualan Teknologi Bom Canggih ke Israel
Mengutip laman Boeing, Rabu 19 Mei 2021, Join Direct Attack Munitions (JDAM) sendiri merupakan kit berbiaya rendah yang bisa mengubah bom yang tadinya jatuh bebas, menjadi senjata ‘pintar’ yang dipandu secara akurat.
JDAM menggunakan sistem inertial navigation system/global positioning system (INS/GPS) dan juga daya angkat tambahan. Dengan ini, bom dapat dikirim secara akurat dalam kondisi cuaca apa pun dan diluncurkan pada jarak yang sangat jauh dari target. Juga, sistem navigasinya dapat diandalkan untuk memperbarui senjata.
BACA JUGA : Parlemen AS Usung Resolusi Blokir Jualan Senjata ke Israel
Sekilas soal JDAM

Perusahaan warisan Boeing McDonnell Douglas Corp. mengembangkan kit JDAM berdasarkan kontrak yang pertama kali diberikan pada tahun 1988. Fasilitas Boeing di St. Charles memproduksi lebih dari 40 kit JDAM setiap hari. Pada 20 Agustus 2013, Boeing menandai produksi kit ke-250.000.
Saat ini, JDAM digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut dan militer Amerika Serikat, serta lebih dari 26 negara lainnya. Penggunaan operasional pertama JDAM adalah pada Operation Allied Force di kawasan Balkan pada 1999 silam.
JDAM telah digunakan secara ekstensif dalam Operation Enduring Freedom (OEF) dan Operation Iraqi Freedom (OIF), serta yang terbaru dalam Operation Unified Protector NATO di Libya. (Hops)