NABLUS, PALESTINOW.COM — Ziad Syahadah, warga daerah Wadi al-Sarar di kota Urif, selatan Nablus, adalah korban baru teror para pemukim Yahudi, yang dilakukan tanpa berhenti sejenak pun di kota-kota Tepi Barat yang diduduki penjajah Israel. Aksi-aksi tersebut terjadi di bawah perlindungan otoritas penjajah Israel.
Ziad, yang rumahnya terletak 200 meter dari permukiman Yahudi Yitzhar, dia sedang sibuk memasang pagar besi di sekitar rumahnya, untuk melindungi dirinya dari terorisme pemukim Yahudi.
Saat dia bekerja, para pemukim Yahudi yang datang dari permukiman Yahudi Yitzhar menyerang rumah Syahadah dengan batu secara brutal, setelah mereka menyusup dari jalan lembah Wad dekat lokasi.
Ziad, yang berprofesi sebagai guru, menggambarkannya peristiwa tersebut sebagai “hujan batu”. Dia menjelaskan bahwa serangan ini adalah yang keempat kalinya dengan cara serupa, tujuannya adalah untuk membunuh.
Yang menguasai Ziad Syahadah selama terjadi serangan para pemukim Yahudi adalah ketakutan akan kehidupan istri dan anak-anaknya. Dia berlari dengan cepat untuk melindungi anak-anak dan istrinya, yang mengendong bayinya yang baru berusia dua setengah bulan, di samping dua anaknya yang masih berusia beberapa tahun.
Kejahatan yang dilakukan para pemukim Yahudi tidak hanya sebatas itu, bahkan istri Ziad Syahadah, Raja Syahadah, diserang oleh para pemukim Yahudi di mobilnya di dekat rumah.
Istri Ziad tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia melihat batu-batu berhamburan dari mana-mana. Dia mengatakan, “Saya sangat mengkhawatirkan dua pritri saya yang yang ada di samping saya dan dua anak saya lainnya yang duduk di kursi belakang.”
Di harus menjalani malam yang berat. Dia tidak bisa tidur di rumah. Dia mennambahkan. dia takut akan terjadi pembantaian terhadap keluarganya, seperti yang terjadi pada keluarga Dawabisha.
Keluarga ini tidak lagi merasa aman dan selamat akibat serangan para pemukim Yahudi yang berulang-ulang. Sang suami memutuskan untuk menawarkan rumah itu untuk dijual. “Ini adalah keputusan yang sangat sulit. Akan tetapi kami tidak merasa aman atau nyaman dari serangan mereka,” katanya. (was/pip)