PALESTINOW.COM — Baru-baru ini, entitas Israel telah mengintensifkan upayanya melawan gerakan boikot global BDS. Di antara langkah-langkah terbaru ini adalah kontribusi Israel dalam penutupan beberapa akun elektronik dari sejumlah pemimpin dan aktivis gerakan boikot, terutama di Facebook dan Twitter. Dan karena kami tidak tahu banyak tentang tangan-tangan entitas Israel yang dispesialisasikan untuk menghadapi gerakan yang mengadvokasi hak-hak Palestina ini, maka kami harus mencerahkan pembaca agar tahun tangan-tangan tersebut, terutama Kementerian Urusan Strategis dan Informasi, yang dipimpin oleh seorang menteri berhaluan ekstrem Gilad Erdan.
Kementerian, yang dibentuk pada 2015, setelah keputusan pemerintah Entitas Israel No. 14 (diamandemen) telah memutuskan untuk mengubah Kementerian Keamanan menjadi dua entitas terpisah (yaitu kementerian keamanan dan kementerian urusan strategis dan informasi), tidak tunduk pada Undang-Undang Kebebasan Informasi dan aktivitas kementerian ini tetap rahasia tertutup dari publik. Kementerian ini bertugas untuk menghadapi upaya-upaya mendelegitimasi entitas Israel baik di tingkat global maupun lokal, khususnya untuk menghadapi aktivitas-aktivitas gerakan BDS dan gerakan-gerakan anti-permukiman.
Kementerian ini mencakup tiga departemen. Pertama adalah Departemen Intelijen, yang bertanggung jawab untuk memantau dan mengumpulkan informasi tentang gerakan-gerakan boikot dan para aktivisnya, di samping tokoh dan kelompok yang mendukungnya, berdasarkan sumber terbuka atau rahasia, sumber lapangan dan cyber. Kedua Departemen Kesadaran, yang aktif dalam mempengaruhi tren media internasional atau publik melalui situs jejaring sosial. Dan ketiga Departemen Operasi, cabang eksekutif yang bekerja untuk menegakkan rencana yang dikembangkan oleh Kementerian, dan menyetujui mereka yang bekerja sama dengan kementerian dan badan keamanan lainnya.
Berkenaan dengan kegiatannya ruang virtual, kementerian konsen dengan analisis situs jejaring sosial dalam hal konten, struktur jaringan dan teknologi, pemantauan lembaga-lembaga berpengaruh, konsentrasi dan distribusi jaringan, identifikasi individu, lembaga dan halaman aktif, serta mempelajari metode dan pola kampanye untuk membentuk visi guna mengatasinya.
Aktivitasnya tidak berakhir dengan pemantauan dan pelacakan, tetapi dengan penggunaan informasi dalam upaya propaganda lapangan dan cyber. Sebagai contoh, mereka melakukan mobilisasi melawan para aktivis gerakan-gerakan ini secara lokal dan internasional, dan untuk itu mereka mengambil tindakan-tindakan hukum, seperti mencegah mereka masuk ke dalam wilayah entitas Israel.
Untuk tujuan ini Kementerian Urusan Strategis dan Informasi sudah berhasil mengeluarkan undang-undang melalui Knesset yang menjatuhkan sanksi kepada para pendukung gerakan-gerakan boikot atau mereka yang mendukung ide-idenya, bahkan sekalipun mereka adalah penduduk lokal. Situs Middle East Eye menegaskan bahwa bagian dari fokus kementerian ini adalah pada publik internal, karena keinginannya untuk mendelegitimasi gerakan-gerakan yang menentang permukiman Israel.
Selain hal-hal di atas, kementerian berusaha untuk membangun tangan-tangan dan entitas-entitas yang mendukung entitas Israel di seluruh dunia, serta menggalang kegiatan-kegiatan pertukaran ilmiah, budaya dan olahraga, selain membuka prospek kerja sama dengan para tokoh dan lembaga yang berpengaruh, yang dapat dieksploitasidi kemudian hari.
Misalnya, pada tahun 2016, melalui Kementerian Urusan Strategis, entitas Israel menjamu delegasi dari jaringan Facebook, yang dipimpin oleh direktur eksekutifnya, untuk membahas cara menangani upaya penghasutan terhadap entitas Israel di web. Patut dicatat bahwa banyak akub dan halaman Palestina ditutup atau dibekukan sementara setelah kunjungan ini, yang menyebabkan Israel dituduh memerangi konten-konten Palestina.
Pada tahun 2018, kementerian ini menerima 37 juta dolar untuk mendirikan lembaga bernama Kella Shlomo, yang akan melakukan “kegiatan kesadaran kolektif” melalui situs media sosial, yaitu dengan menggunakan teknologi web yang kompleks. Karena tujuan dari teknik ini tidak jelas, namun kami melihat bahwa teknik ini mencakup cara-cara propaganda cyber, tersembunyi dan terangan-terangan, ditetapkan sebagai prinsip operasional di ruang web.
Dalam hal ini, selama perang 2014 di Gaza, relawan pro-Israel menipu sejumlah fakta dengan memanipulasi dan memalsukan sejumlah foto atau mengutip kutipan pro-Israel kepada yang dinisbatkan kepada tokoh-tokoh terkenal seperti Martin Luther King, atau menggunakan metode “phishing” dengan tujuan untuk menuduh para aktivis yang mendukung Palestina sebagai anti-Semit. (was/pip)
Oleh :
Haidar Masdar
Peneliti dalam isu-isu media politik dan propaganda