AL-QUDS, PALESTINOW.COM — Berbagai seruan disampaikan untuk melakukan perjalanan ke Masjid Al-Aqsha dan i’tikaf di dalamnya selama hari-hari mendatang di bulan suci Ramadhan ini dengan melawan langkah-langkah represif penjajah Israel yang dilakukan pasukan penjajah Israel terhadap para jamaah i’tikaf baru-baru ini di Masjid Al-Aqsha.
Anggota parlemen dari gerakan Hamas di Betlehem, Khaled Thafish menyerukan untuk beri’tikaf di Masjid Al-Aqsha, terutama di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan melawah langkah-langkah represif penjajah Israel, yang mencoba untuk memaksakan realitas baru pada jamaah di Al-Aqsha.
Thafish menegaskan, adalah hak orang Palestina untuk datang ke Masjid Al-Aqsha kapan pun mereka mau, tidak ada yang berhak mencegah mereka untuk shalat dan beri’tikaf di masjid mereka. Dia menegaskan pentingnya melakukan perjalanan ke Masjid Al-Aqsha dari semua wilayah Palestina dan melawan langkah-langkah represif penjajah Israel dan pos-pos militernya, perntingnya menyampaikan pesan bahwa Masjid Al-Aqsha adalah hak umat Islam, siapa pun tidak boleh mencegah mereka untuk berada di sana.
Sementara itu Komite Rakyat untuk Membela Al-Aqsha menyerukan warga al-Quds dan Palestina di Tepi Barat serta wilayah Palestina 1948 untuk melakukan perjalanan dan i’tikaf Masjid Al-Aqsha pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, mulai Jumat (24/5/2019). Komite Rakyat menyerukan, “Mari kita menjadi benteng Al-Aqsha dalam menghadapi penjajah Israel dan rencana Yahudisasi. Marilah kita menjadi urat nadi kehidupan bagi al-Aqsha.”
Dalam konteks yang sama, mantan Wakil Ketua Gerakan Islam di Palestina 1948, Kamal Khatib, menyerukan untuk melakukan perjalanan Masjid Al-Aqsha dan i’tikaf di dalamnya. Dia menghimbau pentingnya berada di Masjid Al-Aqsha, mendukung jamaah yang bersiaga di dalamnya, dan melawan langkah-langkah penjajah Israel yang melarang i’tikaf di dalam masjid Al-Aqsha.
Al-Khatib memuji mereka yang menentang langkah-langkah pendudukan dan upaya untuk memaksakan realitas mencegah I’tikaaf dan kehadiran di al-Aqsa setelah shalat malam, menekankan pentingnya kehadiran terus menerus dalam jumlah besar, menantang dan melanggar keputusan pendudukan.